Metroterkini.com - Dalam rangka memperingati Hari Ibu Ke 89, Anggota Komisi X DPR RI, Edhie Baskoro Yudhoyono (EBY) atau biasa disapa Ibas melalui Griya Aspirasi EBY Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur menggelar Diskusi Panel terkait peran Tenaga Kerja Wanita (TKW) dalam pembangunan. Tema yang diambil adalah evaluasi kritis terkait dampak sosial serta ekonomi TKW terhadap masyarakat Ponorogo.
Menurut Koordinator Kabupaten atau Korkab EBY Ponorogo, Masrul Harianto, kegiatan diikuti oleh para mantan TKW perwakilan dari 21 Kecamatan, Tokoh Masyarakat, LSM, Wartawan, Mahasiswa, Ibu Rumah Tangga dan juga Generasi Muda Ponorogo. "Tema terkait TKW kita ambil karena Kabupaten Ponorogo adalah salah satu pengirim TKI terbanyak di Jawa Timur," tutur Masrul Harianto.
Acara digelar di Griya Aspirasi EBY Ponorogo, Sabtu (23/12/2017) siang. Diakusi pannel digelar bekerjasama dengan Komunitas Elang Biru Ponorogo. "Komunitas Elang Biru adalah Komunitas Anak Muda yang aktif dalam Medsos binaan Mas Ibas serta Griya Aspirasi EBY Ponorogo," kata Masrul Harianto.
Sedangkan pembicara yang hadir antara lain Edy Iswahyudi, salah satu mantan TKI yang juga pengusaha PJTKI dan saat ini menjadi Anggota Komisi D DPRD Ponorogo. Selain itu juga hadir Hadi Sanyoto atau biasa disapa Mas Ade selaku Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Ponorogo yang juga Pimpred Radio Duta Nusantara FM Ponorogo.
Hadir sebagai pembicara yang lain Tatik Sri Wulandari salah satu Advokat di Ponorogo. "Melalui acara ini kami mengharapkan adanya wawasan yang mengaspirasi gagasan terkait peringatan Hari Ibu dan tukar pikir antara masyarakat umum dengan segenap elemen Griya Aspirasi Edhie Baskoro Yudhoyono yang nantinya dapat memberikan aspek yang positif bagi kemajuan Griya Aspirasi Edhie Baskoro Yudhoyono dan masyarakat Ponorogo pada umumnya," terangnya.
Selain itu menurutnya kegiatan ini untuk menumbuhkembangkan rasa empati seluruh elemen Griya EBY bahwa besarnya peran para wanita pada saat ini dengan melakukan beberapa gerakan demi kemajuan bangsa.
Pada kesempatan itu Edy Iswahyudi prihatin perilaku para TKI dan TKW yang cenderung konsumtif. "Perlunya merancang dari awal tujuan kita berkerja ke luar negeri menjadi TKW dan TKI sehingga kita bisa memanfaatkan jerih payah dengan sebaik-baiknya," kata Edy Iswahyudi.
Edy juga yakin sebenarnya TKW dan TKI asal Ponorogo banyak yang sukses akan tetapi terkadang setelah dari bekerja dari luar negeri kurang bisa memilih aktifitas atau pekerjaan pasca menjadi pahlawan devisa. "Inilah yang menjadi salah satu perhatian kami sebagai anggota legislator," paparnya.
Sedangkan Hadi Sanyoto juga mengaku prihatin dengan banyak angka perceraian di kalangan para TKW/TKI. "Dibutuhkan komitmen teman-teman TKI dan TKW agar bisa menjaga komitmen pernikahan, kasihan anak-anaknya," beber Hadi.
Selain itu menurutnya, perlunya menyiapkan tenaga profesional sebelum menjadi TKI dan TKW sehingga stigma negatif TKW/TKI. "Perlunya perlindungan TKI/TKW melalui Perda," terangnya.
Sementara itu Tatik Sri Wulandari mengaku juga prihatin banyaknya angka perceraian di kalangan TKI/TKW. "Sebisa mungkin kita berusaha memperbaiki rumah tangga TKI/TKW jangan sampai retak walaupun perceraian adalah hak azasi manusia termasuk TKI/TKW," kata Tatik.
Salah satu peserta diskusi, Daiman dari Desa Baosan Lor, Kecamatan Ngrayum mengaku bersyukur bahwa istrinya yang dulu menjadi TKW di Malaysia tetapi sekarang bisa bersama lagi. "Butuh komitmen bersama sehingga sekarang kami bisa bersama-sama mendidik putra-putri kami," aku Daiman.
Sedangkan Nuryani, salah satu peserta diskusi dari Desa Sawoo, Kecamatan Sawoo mengaku bersyukur karena sebagai mantan TKW di Hongkong bisa menikmati hasil dari luar negeri dengan cukup.
Vio salah satu peserta dari Desa Baosan Kidul, Kecamatan Balong mengaku prihatin dengan kondisi anak-anak korban perceraian dari pasangan suami-isteri TKI/TKW. "Perlu perhatian kita bersama agar anak-anak korban perceraian dalam keluarga TKI/TKW tidak trauma," ujar Vio. Para peserta diskusi juga mendapat beberapa doorprize bagi yang paling aktif. [nur]